Rabu, 25 Agustus 2010

ANALISIS SWOT PROGRAM PENDIDIKAN NONFORMAL YANG REALISTIK DAN SESUAI KEBUTUHAN SASARAN.

A.PENDAHULUAN
Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu di dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik/ pendekatan secara ilmiah, serta tindakan atau kegiatan yang terorganisasi.
Perencanaan dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya. Tujuan tersebut dapat mencakup tujuan umum (goals) dan tujuan khusus (objectives) suatu kegiatan/ program. Dalam menyusun rencana sebaiknya mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia atau dapat disediakan. Sumber-sumber itu meliputi sumber manusia dan sumber non-manusia. Sumber manusia mencakup antara lain pamong belajar, fasilitator, tutor, warga belajar, pimpinan lembaga dan masyarakat. Sumber non-manusia meliputi fasilitas, alat-alat, waktu, biaya, lingkungan sosial budaya, lingkungan fisik, dsb.
Dengan perencanaan diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam penggunaan sumber-sumber tersebut.
Perencanaan hanya akan dapat dilakukan apabila perencana megenal, mamahami dengan benar kekuatan dan kelemahan sebagai aspek internal aspek eksternal dari organisasi/ lembaga atau perencana, sehingga dapat diungkap tantangan yang akan timbul di masa depan dan peluang yang mungkin terbuka untuk diraih untuk kebaikan/ peningkatan kinerja. Tanpa mengetahui aspek-aspek tersebut rencana yang disusun hanya merupakan angan-angan yang tidak berdasar, karena itulah diperlukan data yang cermat dan akurat dan terbaru dari semua lini/ komponen terkait.
Perencanaan yang tidak didukung data, sering menimbulkan adanya rencana yang tidak akan pernah tercapai, walaupun didukung oleh sumberdaya yang cukup memadai.
Perencanaan memerlukan adanya data dasar yang diterima dan diakui oleh semua pihak termasuk disemua jenjang organisasi/lembaga terkait. Setiap ada perubahan harus dilakukan secara serentak, disemua tingkatan organisasi/ lembaga terkait. Data dasar harus diperbaiki setiap tahun perencanaan. Sering suatu rencana sudah disusun tanpa si perencana memahami apa yang ada dan sudah terjadi dan apa penghambat yang dihadapi. Dalam keadaan seperti ini, tujuan yang disusun dalam rencana tersebut hampir dapat dipastikan tidak akan dapat dicapai.
Perencanaan sering dianggap sebagai tugas rutin semata, pada hal perencanaan adalah sesuatu yang dinamis, kreatif, dan inovatif. Perencanaan tidak pasif dan statis, karena itulah diperlukan kereasi dan rasa memiliki (sense of ownership) dari para perencana serta rasa malu apabila rencana yang disusun ternyata tidak realistis dan tidak dapat diwujudkan.
Pada setiap setiap perencanaan, hindarilah ungkapan ”perencanaan untuk perencanaan” yang mengandung makna ketidakpeduliaan akan tujuan yang dirancang tetapi hanya asal ada kegiatan.
Untuk menyusun rencana yang dapat direalisasikan dalam kegiatan nyata dan berhasil, diperlukan bebagai pendekatan untuk mengetahui atau memahami sejumlah informasi yang diperlukan, baik aspek internal maupun aspek ekternal. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah analisis ”SWOT” (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Sejanjutnya, pendekatan ini akan dibahas pada bagian lain tulisan ini.

B. KONSEP ANALISIS SWOT
SWOT merupakan singkatan dari kata Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Menurut Sihombing (2000), kata Threats mengandung unsur yang negatif, sehingga lebih cenderung menggunakan kata yang mengandung unsur positif yaitu tantangan (Challenges). Pengubahan ancaman menjadi tantangan karena dia melihat bahwa ancaman kalau dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi peluang, sedangkan tantangan selalu berisi peluang. Sehingga pendekatannya menjadi SWOC.
1. Kekuatan
Maksud kekuatan dalam analisis ini adalah faktor-fakor yang mendukung penyelenggaraan program, serta diakui eksistensinya oleh semua pihak (masyarakat). Contoh kekuatan-kekuatan yang ada pada program pendidikan luar sekolah antara lain dapat menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada di masyarakat tanpa harus memenuhi persyaratan tertentu/ ketat, yang tidak mungkin dipenuhi oleh masyarakat. Fasilitas-fasilitas tersebut, antara lain, balai desa, gedung SD dan Puskesmas yang kosong, gedung milik Yayasan ataupun rumah-rumah penduduk. Penilik PLS dapat melakukan bimbingan kepada penyelenggara program PLS kapan saja tanpa terikat oleh jam kantor.
2. Kelemahan
Maksud kelemahan dalam analisis ini adalah permasalahan yang timbul dari penyelenggaraan program dan hasilnya.
Permasalahan merupakan kelemahan yang dapat berubah menjadi tantangan kelancaran pelaksanaan tugas/ program. Sebagai contoh disebutkan bahwa maasih banyak gedung-gedung yang ada , baik milik pemerintah maupun milik yayasan/ swasta belum semua termanfaatkan sebagai tempat belajar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (a) rendahnya kesungguhan petugas (penilik/tenaga TLD/ penyelenggara program) dalam mendekati pihak-pihak yang memiliki gedung kosong, untuk dapat dimanfaatkan, (b) masyarakat belum memahami secara baik dan benar tentang penting dan keuntungan, jika program PLS diberikan tempat belajar, (3) rendahnya perhatian pemerintah pada penyediaan tempat belajar program PLS.


3. Peluang
Maksud peluang dari analisis ini adalah hal-hal atau faktor-faktor dari luar program yang kalau dicermati dan dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi tumpuan harapan dimasa depan. Contoh hingga saat ini masih cukup banyak tenaga terdidik yang belum mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keinginannya; sehingga mereka masih menganggur dan dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pendidik (tutor/ fasilitator) dalam program-pogram PLS.
4. Tantangan
Maksud tantangan dalam analisis ini adalah hal-hal yang harus diatasi, direbut, diperbaiki dan ditingkatkan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dalam usaha mencapai tujuan. Tantangan bukan penghambat, tetapi perangsang untuk mendorong perencana pendidikan luar sekolah untuk lebih kreatif dan dinamis. Tantangan dapat berubah menjadi peluang bagi perencana yang tidak berperilaku apatis, statis dan mudah puas.
Contoh tantangan, penyebaran pemukiman baik warga belajar maupun tenaga kependidikan, serta mobilitas warga belajar merupakan tantangan besar dalam pembentukan dan dalam mempertahankan kelangsungan kegiatan/ program PLS. Untuk itu, tantangan-tantangan yang dihadapi adalah (a) menempatkan kelompok belajar yang dapat terjangkau baik oleh warga belajar maupun tenaga kependidikan /tutor, dan (b) menemukan strategi-strategi untuk mempertahankan keutuhan kelompok minimal sampai mereka menyelesaikan satu program pembelajaran.

C. STRATEGI PENYUSUNAN RENCANA
Apabila petugas PLS ingin kegiatan/ programnya terlaksana, dicintai dan dirindukan oleh semua orang termasuk atasan, maka dalam penggalian faktor kekuatan, kelemahan yang dimiliki dan peluang dan tantangan yang dihadapi, dapat disusun pola dasar penyusunan rencana kegiatan/ program.
Apabila faktor kekuatan dikaitkan dengan peluang, maka akan dapat dilihat 3 kemungkinan:
(1) faktor kekuatan lebih besar dari peluang yang ada. Pada situasi ini program/ kegiatan dapat mengkonsentrasikan diri pada pemantapan program dan menghindari penurunan kualitas.
(2) Faktor kekuatan lebih kecil dari peluang. Disini program/ kegiatan dapat memanfaatkan peluang dengan mengadakan penyeragaman garis program dan penganekaragaman mutu program. Sehingga peluang-peluang yang terbuka dapat dimanfaatkan.
(3) Faktor kekuatan sama dengan faktor peluang. Dalam situasi ini program/ kegiatan memfokuskan diri pada peningkatan kualitas dan mencari peluang yang baru.
Apabila kekuatan dikaitkan dengan tantangan, situasi yang dihasilkan akan menggambarkan:
(1) Fakor kekuatan lebih besar dari faktor tantangan. Disini program/ kegiatan dapat memperkenalkan program-program baru karena tidak akan ada hambatan yang berarti.
(2) Faktor kelemahan lebih sedikit dari faktor tantangan. Pada situasi ini program/ kegiatan akan memperhemat programnya agar mampu mengubah tantangan menjadi peluang; (3) Faktor kekuatan sama dengan faktor tantangan. Disini dapat diperkenalkan program baru, karena tantangan harus dikendalikan dengan program-program yang berkualitas.
Apabila faktor kelemahan dikaitkan dengan peluang ditemukan juga beberapa kemungkinan yang akan terjadi:
(1) faktor kelemahan lebih menonjol dan peluang.
Disini program/kegiatan harus berusaha mengurangi kalau tidak dapat menghapuskan kelemahan-kelemahan yang ada, dengan cara meneliti dimana sebenarnya kelemahan tersebut, kemudian diperbaiki. Perbaikan dapat dengan cara tambal sulam atau mengganti dengan yang baru yang lebih mampu memanfaatkan peluang;
(2) Faktor kelemahan lebih kecil dari peluang.
Disini peluang harus dimanfaatkan seoptimal mungkin sambil memperkuat program; (3) Faktor kelemahan sama dengan kuatnya peluang. Disini seluruh kekuatan harus dikerahkan untuk memperkuat program agar peluang dapat dimanfaatkan.
Apabila faktor kelemahan dikaitkan dengan tantangan, juga akan ditemukan keadaan sebagai berikut:
(1) faktor kelemahan lebih kuat dari faktor tantangan. Disini harus ada penggantian program;
(2) Faktor kelemahan lebih kecil dari tantangan. Dalam keadaan ini faktor tantangan harus dihilangkan, kecuali dapat diubah atau dimanfaatkan menjadi peluang;
(3) Faktor kelemahan sama kuatnya dengan tantangan. Dalam situasi ini kelemahan harus segera diperangi.


DAFTAR PUSTAKA


Aditya Prabhaswara, Peti Savitri, 2002, Dasar Penyusunan Project Proposal, Yogyakarta: Andi
H.D. Sudjana, 2005, Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Bandung: Falah Production
Umberto Sihombing, 2000, Pendidikan Luar Sekolah Manajemen Strategi, Jakarta: PD Mahkota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar