BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekuasaan dinasti Bani Abbasiyah merupakan khalifah yang melanjutkan kekuasaan dinasti Ummayah. Dinasti Abbasiyah merupakan kekuasaan yang didirikan oleh keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Yaitu Abdullah Al-Saffan Ibn Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas.
Pada dinasti Abbasiyah mencapai masa keemasan islam. Pada masa itu islam mencapai puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban, dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, di tambah lagi dengan banyaknya penerjemah buku-buku bahasa asing ke bahasa arab, dan melahirkan tokoh-tokoh intelektual muslim.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana Masa Keemasan Bani Abbasiyah ?
B. Apa Faktor-faktor Pendukung Masa Keemasan?
C. Bagaimana Lahirnya Tokoh-tokoh Intelektual Muslim?
C. Tujuan Penulisan
A. Untuk mengetahui bagaimana Masa Keemasan Bani Abbasiyah
B. Untuk mengetahui apa Faktor-faktor Pendukung Masa Keemasan.
C. Untuk mengetahui bagaimana Lahirnya Tokoh-tokoh Intelektual Muslim
D. Sistematika Penulisan
Secara garis besar makalah ini terdiri dari beberapa bab dan sub bab yang merupakan satu kesatuan system sehingga antar satu dengan yang lain saling berkaitan.
Bab I Pendahuluan
Terdiri dari : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan dan Sistematika penulisan
Bab II Pembahasan
Terdiri dari : sub bab satu Masa keemasan Bani Abbasiyah, sub bab dua, Faktor-faktor Pendukung Masa Keemasan, dan sub bab ketiga Lahirnya Tokoh-tokoh Intelektual Muslim.
Bab III Penutup
Terdiri dari Kesimpulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa keemasan Bani Abbasiyah.
Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata bani abbas dalam sejarah lebih banyak berbuat dari pada bani Ummayah. Pergantian dinasti Ummayah kepada dinasti Abbasiyah tidak hanya sebagai pergantian kepemimpinan, lebih dari itu telah mengubah, menoreh wajah dunia islam dalam refleksi kegiatan ilmiah. Pengembangan ilmu pengetahuan pada bani Abbasiyah merupakan pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.
Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M) ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropongan bintang. Perpustakaan terbesar dan dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
a. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
Khalifah ini dilahirkan di Raiyi pada tahun 145 H, beliau adalah seorang putra dari Al-Mahdi dan Khai Zuran, beliau diangkat sebagai khalifah secara resmi pada tahun 170 H. ketika Harun Al-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan. Luas wilayahnya mulai dari afrika utara hingga ,ke India. Pada masanya hidup pula para filosof, punjaga, ahli baca Al-Qur’an, dan para ulama dibidang agama. Didirikan pula perpustakaan yang di beri nama Baitul Hikmah, didalamnya orang-orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Keagungan Pemerintah Di Zaman Harun Al-Rasyid.
Pemerintah khalifah Harun Al-Rasyid merupakan pemerintahan yang baik dan terhormat, bersih dan penuh kebijakan serta paling luas daerah pemerintahannya. Beliau adalah seseorang sastrawan pencipta cerita-cerita lama dan syair-syair. Di zaman pemerintahannya itu baitul mal di tugaskan menanggung nara pidana dengan memberikan makanan pada setiap orang.
Penyebab kekhalifahan Harun Al-Rasyid menjadi masyhur adalah naungannya ke atas ilmu pengetahuan, dan mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan sebuah institusi kebudayaan dan pikiran cemerlang ketika itu, dan merintis jalan ke arah kebangkitan eropa. Dan yang paling utama adalah buku “Seribu Satu Malam” yang telah menduduki tempat paling atas dibidang kesusastraan dunia.
b. Al-Ma’mun (813-833)
Khalifah Al-Ma’mun lahir pada tahun 170 H / 786 M. bertepatan dengan di angkatnya bapaknya yaitu Harun Al-Rasyid menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke enam.
Abdullah Al-Makmun diangkat menjadi khalifah Bani Abbasiyah yang ke delapan setelah saudaranya yaitu Al-Amin meninggal dunia. Beliau di lantik oleh khalifah Harun Al-Rasyid, Al-Ma’mun menyandang gelar khalifah pada tahun 198 H. di zaman Al-Ma’mun itu bermulalah kerajaan Tahiriyah, hasil dari pelantikan terhadap Thahir bin Al-Husain sebagai Amir atau pemerintah bagi wilayah Khurrosan pada tahun 205 H. kerajaan Tahiriyah ini berkelanjutan hingga tahun 259 H. di zaman itu juga bermula kerajaan Ziyadiyah hasil pelantikan terhadap muhammad bin Ibrahim As-Ziadi, sebagai Amir di negeri Yaman dan Tihamah pada tahun 203 H untuk menumpaskan golongan Syiah di sana.
Al-Ma’mun merupakan salah seorang tokoh khalifah Abbasiyah yang paling terkemuka, intelektualnya dan kecintaan kepada ilmu pengetahuan serta jasa-jasanya dibidang tersebut yang telah meletakkan dirinya di puncak daftar khalifah-khalifah Abbasiyah. Di Baitul Hikmah beliau mengumpulkan berbagai ilmu pengetahuan asing, dan memerintahkan supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya beberapa bangsa asing, dan memerintahkan supaya diterjemahkan kedalam bahasa arab. Pada zaman itulah muncul filsafat arab yang agung, yaitu Al-kindi yang menulis mengenai beberapa ilmu pengetahuan. Al-Hajaj bin Yusuf bin Matr telah menerjemahkan untuk Al-Ma’mun beberapa buah buku karya Euclides dan buku Ptolemy. Di masa kehalifahaan Al-Ma’mun terdapat dua blok kekuatan utama di kerajaan tersebut. Salah satunya adalah lingkungan aristokrasi di istana dan yang lain adalah blok egalitarian dan “Konstitu-Sionalis” yang berdasarkan syari’ah.
Faham yang dianut oleh khalifah Abdullah Al-Ma’mun adalah faham Mu’tazilah, yang mana faham tersebut dijadikan sebagai faham resmi negara. Beliau mengemukakan faham Mu’tazilah sebagai faham resmi negara pada tahun 827 M.
Ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbasiyah yang tidak terdapat di zaman Ummayah antara lain :
1) Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi jauh dari pengaruh arab. Sedangkan dinasti Bani Ummayah sangat berorientasi kepada arab.
2) Dalam penyelenggaraan negara, kepada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala departemen.
3) Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas.
4) Lembaga-lembaga yang menjalani perkembangan pada masa pemerintahan Bani Abbas diantaranya :
a) Maktab / kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan, dan tulisan dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama seperti tafsir, hadits, fiqh, dan bahasa.
b) Perpustakaan dan akademi, perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis, dan berdiskusi.
B. Faktor-Faktor Pendukung Masa Keemasan.
Melihat perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal tersebut sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa arab, baik sebagai bahsa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Ummayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Di samping itu, kemajuan itu paling tidak, juga terdapat faktor-faktor pendukung antara lain, yaitu :
a. Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Pengaruh Persia sangat kuat dibidang pemerintahan, selain itu juga berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
b. Gerakan terjemah yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Harun Al-Rasyid, dalam menerjemah karya-karya di bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma’mun hingga tahun 300 H. buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
C. Lahirnya Tokoh-Tokoh Intelektual Muslim.
Secara garis besar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mencapai puncak kejayaan pada masa Harun Al-Rasyid. Dan ada juga gerakan penerjemah sehingga melahirkan tokoh-tokoh islam sesuai dengan keahliannya.
1. Perkembangan Ilmu Naqli
Ilmu Naqli adalah ilmu yang bersumber dari Naqli (Al-Qur’an dan Hadits), yaitu ilmu yang berhubungan dengan agama islam. Ilmu-ilmu itu diantaranya :
a. Ilmu tafsir
Al-Qur’an adalah sumber utama dari agama islam. Oleh karena itu semua prilaku ummat islam harus berdasarkan kepadanya, hanya saja tidak semua bangsa arab memahami arti yang terkandung didalamnya. Maka bangunlah para sahabat untuk menafsirkan. Ada dua cara penafsiran
1) Tafsir Bil Ma’tsur, yaitu memikirkan Al-Qur’an dengan hadits Nabi.
Mufassir yang masyur dari golongan ini adalah :
- Ibnu Jair At-Thabary dengan tafsirnya sebanyak 30 juta.
- Ibnu Athiyah Al-Andalusi (abu muhammad ibnu Athiyah) 481-546 H.
- As-Suda yang mendasarkan penafsirannya pada ibnu abbas, ibnu mas’ud dan para sahabat yang blain (W. 127 H)
2) Tafsir Bir-Ra’yi, yaitu penafsiran Al-Qur’an dengan mempergunakan akal dengan memperluas pemahaman yang terkandung didalamnya. Mufassirnya antara lain :
- Abu bakar asma (mu’tazilah) wafat 240 H.
- Abu muslim muhammad bin nashar al-isfahni (mu’tazilah) wafat 322 H.
b. Ilmu Kalam
Yang berjasa dalam menciptakan ilmu kalam adalah kaum mu’tazilah, karena mereka adalah pembela gigih terhadap islam dari serangan yahudi, nasrani dan wasani. Diantara pelopor dan ahli ilmu kalam yang terbesar adalah :
- Washil ibn Atho
- Abu Hasan Al-Asyari
- Imam Ghazali
- Abu Husain Al-Allaf
c. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman Abbasiyah. Bersamaan dengan lahirnya ilmu Tasawuf muncul pula ahli-ahli dan ulama-ulamanya, antara lain adalah :
- Al-Qusyairy (W 465 H) kitab beliau yang terkenal adalah Al-Rissalatul Qusy Airiyah.
- Syahabuddari, yaitu Abu Hafas Umar Ibn Muhammad Syahabuddari Sahrowardy, (W. 632 H) kitab karangannya adalah Awariffu Ma’arif
- Imam Ghazali (W. 502 H) kitab karangannya antara lain : Al-Basith, Maqasidul, Falsafah, Al-Manqizu Minad Dholal, Ihya Ulumuddari, Bidajatul Hidayah, Jawahirul Qur’an, dan lain-lain.
d. Ilmu bahasa
Pada masa Bani Abbasiyah, ilmu bahsa tumbuh dan berkembang dengan suburnya, karena bahasa arab semakin dewasa dan menjadi bahasa internasional. Ilmu bahasa memerlukan suatu ilmu yang menyeluruh, yang di maksud ilmu bahasa adalah Nahwu, Sharafi, Ma’ani, Bayan, Bad’arudh, Qamus, dan Insya.
Diantara ulama-ulama yang termasyhur adalah :
- Sibawaihi (W. 153 H)
- Muaz Al-Harro (W. 187 H) mula-mula membuat Tashrif.
- Al-Kasai (W. 190 H) pengarang kitab tata bahasa.
- Abu Usman Al-Maziny (W. 249 H), karangannya banyak tentang Nahwu.
e. Ilmu Fiqh
Zaman Abbasiyah yang merupakan zaman keemasan tamadun islam telah melahirkan ahli-ahli hukum (Fuqoha) yang tersohor dalam sejarah islam dengan kitab-kitab fiqh (hukum).
- Ahli hadits adalah aliran yaitu : aliran hadits dan ra’yi pemuka dari aliran ini adalah imam Malik dengan pengikutnya, pengikut imam Syafi’i, pengikut Sufyan, dan pengikut imam Hambali.
- Ahli ra’yi adalah aliran yang mempergunakan akal dan fikiran dan menggali hukum. Pemuka aliran ini adalah Abu Hanifah dan teman-temannya fuqaha dari irak.
2. Perkembangan Ilmu Aqli
Ilmu Aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada rasio, ilmu yang tergabung ilmu ini kebanyakan di kenal ummat islam berasal dari terjemahan asing.
a. Ilmu Kedokteran
Ilmu ini mulai mendapatkan perhatian ketika khalifah Al-Mansyur dari bani Abbas menderita sakit pada tahun 765 M, orang-orang yang terkenal sebagai dokter islam antara lain.
- Al-Razi (865-925 M) yang terkenal di dunia barat dengan sebutan Rozes. Salah satu karangannya yang termasyhur adalah “campak dan cacar” dan bukunya yang termasyhur lainnya “Al-Hawi”.
- Ibnu Sina, Beliau menulis ensiklopedinya tentang ilmu kedokteran yang kemudian terkenal dengan nama Al-Qanun Fi Al-Thif, dan bukunya “Al-Qanun Fi Al thif” dianggap sebagai himpunan perbendaraan ilmu kedokteran. Penulis barat menjuluki Ibnu Sina sebagai “Bapak dokter’
b. Ilmu Filsafat?
Al-Kandi
Al Kandi terkenal dengan sebutan ‘Filosuf Arab”. Beliau menganut aliran mu’tazilah dan kemudian belajar filsafat.
Al-Nadim dan Al-Dafthi menyebutkan karangan Al-Kandi sebanyak 238 buah yangb berisi filsafat, logika, ilmu hitung, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optik, ilmu matematika, dan lain sebagainya.
Al-Farabi
Karangan Al-Farabi hanya berupa risalah (karangan pendek) jadi banyak karangannya tapi banyak juga yang tidak di kenal. Karangannya adalah :
a) Aghradh Ma Ba’da Al-Thabi’ah
b) Al-Jam’u Baina Ra’yi Al-Hakimin
c) Tahsil Al Sa’adah
d) Uyun Al-Masail
e) Ara’u Ahli Al-Madariyah Al-Fadhilah
f) Insha’u Al-Alum
Al-Ghazali.
Ia mengarang buku “Maqasid Al-Falasifah” yang menjelaskan pemikiran-pemikiran filsafat, terutama menurut Ibnu Sina, kemudian ia mengeritik dan menghancurkannya dengan bukunya “Tahaf’ut Al-Falsifah” (kekacauan para filosof). Karangannya yang lain adalah Ihya Ulumuddin.
Ibnu Rusyd
Dalam bidangan kedokteran terdapat 16 jilid buku yang bernama “Kulliyat Fi Al-Thif” (aturan umum kedokteran) dalam ilmu hukum beliau mengarang Bidyat Al-Mujtahid.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa permasalahan yang diuraikan diatas dapat kita simpulkan bahwa Bani Abbasiyah merupakan penerus Bani Ummayah peda masa ini, islam mencapai puncak keemasan dan mengalami kejayaan di berbagai bidang, baik intelektual, ekonomi, dan kekuasaan yang telah melahirkan berbagai ahli ilmu pengetahuan.
Keberhasilan tersebut tentunya terdapat faktor-faktor yang menyebabkannya keberhasilan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : Raja Garafindo Persada, 2004.
Mufrodi Ali, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997.
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003.
Armstrong Karen, Islam : ASHORT HISTORY Sepinta Sejarah Islam, Yogyakarta : Ikon Teralitera, 2002.
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta : Prenanda Media, 2003.
Syalabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam 3, Jakarta : Al-Husna Zikra, 1997.
terima kasih ya teman barakaallahu.. info kamu bantu aku untuk exam esok...
BalasHapus